Selamat datang, penjelajah terhormat, dalam petualangan Anda yang menakjubkan melalui pesona Indonesia!
Sangkrah Solo: Perayaan Tahun Baru Jawa yang Semarak
Di jantung kota Solo, Jawa Tengah, terdapat tradisi yang sudah mengakar sejak berabad-abad lalu: perayaan Sangkrah. Ini adalah momen penting dalam kalender budaya Jawa, yang menandai pergantian tahun menurut penanggalan Jawa. Mimin ingin mengajak kalian menyelami makna dan kemeriahan Sangkrah, khususnya di kota Solo yang memesona.
Pengertian Sangkrah
Sangkrah adalah istilah Jawa yang merujuk pada perayaan tahun baru Jawa. Tanggal 1 Sura, yang jatuh pada bulan Agustus atau September menurut kalender Masehi, menjadi penanda dimulainya tahun baru. Perayaan ini diyakini membawa keberuntungan dan kemakmuran bagi mereka yang merayakannya.
Dalam tradisi Jawa, tahun dibagi menjadi dua periode, yaitu pungkasan (akhir) dan pangsawalan (awal). Pergantian periode ini ditandai dengan dua perayaan Sangkrah, yaitu Sangkrah Pungkasan dan Sangkrah Pangsawalan. Sangkrah Pungkasan menandai akhir tahun lama, sementara Sangkrah Pangsawalan menandakan dimulainya tahun baru.
Perayaan Sangkrah diwarnai dengan berbagai ritual dan tradisi unik. Salah satunya adalah padusan, yaitu mandi bersama di sungai atau sumber mata air. Ritual ini dipercaya dapat membersihkan diri dari segala dosa dan kesialan di tahun sebelumnya. Selain itu, ada juga tradisi nyadran, yaitu berdoa dan memberikan sesaji di makam para leluhur.
Asal Usul Sangkrah
Tahukah Anda, mimin? Istilah Sangkrah sendiri diambil dari bahasa Sansekerta “sankranti” yang artinya peralihan atau pergantian. Nah, dalam konteks budaya Jawa, Sangkrah menandakan pergantian tahun menurut penanggalan Jawa. Jadi, setiap pergantian tahun Jawa, umat Hindu Dharma di Solo selalu merayakan Sangkrah dengan berbagai tradisi unik dan penuh makna.
Sangkrah Solo: Tradisi Unik dan Sarat Makna
Di kota Solo, Sangkrah juga dikenal dengan nama Grebeg Sudiro. Perayaan ini merupakan acara tahunan yang selalu dinantikan oleh masyarakat setempat. Sangkrah Solo biasanya dirayakan selama tiga hari, dimulai dari sehari sebelum pergantian tahun Jawa. Pada hari pertama, umat Hindu Dharma akan melakukan Upacara Tawur Kesanga, yaitu upacara untuk menolak bala atau bencana yang akan datang pada tahun yang baru.
Hari kedua merupakan hari pergantian tahun Jawa. Pada hari ini, umat Hindu Dharma akan melakukan Upacara Labuhan, yaitu upacara persembahan sesaji ke laut selatan. Upacara ini melambangkan pelepasan segala dosa dan kesialan pada tahun yang lalu dan harapan akan keselamatan dan kesejahteraan pada tahun yang akan datang. Puncak perayaan Sangkrah Solo terjadi pada hari ketiga dengan Upacara Kirab Keraton. Prosesi yang meriah ini menampilkan iring-iringan kereta kencana yang membawa pusaka Kasunanan Surakarta Hadiningrat dan diikuti oleh ribuan warga Solo.
Selain upacara-upacara tersebut, Sangkrah Solo juga dimeriahkan dengan berbagai pertunjukan seni dan budaya tradisional Jawa, seperti wayang kulit, tari Gambyong, dan pagelaran musik gamelan. Tak ketinggalan, berbagai kuliner khas Solo seperti tengkleng dan selat Solo juga akan disajikan selama perayaan Sangkrah. Suasana meriah dan penuh kebersamaan inilah yang membuat Sangkrah Solo menjadi salah satu tradisi yang paling dinantikan oleh masyarakat.
Tradisi Sangkrah di Solo

Source www.youtube.com
Sobat, kalau kalian berkunjung ke Solo di hari raya Sangkrah, bersiaplah terkesima dengan perayaan adat yang super meriah! Sebagai warga Solo, Mimin bakal ngajakin kalian menyelami tiga tradisi khas Sangkrah yang bikin kota ini semarak.
Kirab Pusaka
Istilah ‘Kirab’ diambil dari kata ‘Kirab-kira’, yang artinya ‘diarak’. Kirab Pusaka merupakan prosesi mengarak benda-benda pusaka Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat ke Masjid Agung keraton. Pusaka-pusaka ini antara lain tombak, keris, payung, dan gamelan. Masyarakat berjejer rapi di sepanjang jalan untuk menyaksikan iring-iringan yang megah ini. Mimin jamin, kalian bakal terpukau dengan kemegahan dan aura sakral yang terpancar.
Grebeg Sudiro
Setelah Kirab Pusaka, bersiaplah untuk menyaksikan Grebeg Sudiro! Tradisi ini merupakan perpaduan unsur budaya Jawa dan Islam. Pada Grebeg Sudiro, tumpeng berisi nasi beserta lauk-pauk diarak dari Keraton Kasunanan menuju Masjid Agung. Tumpeng ini kemudian dibagikan kepada masyarakat sebagai simbol ungkapan rasa syukur. Jangan lupa siapkan kamera kalian, karena momen pembagian tumpeng ini bakal dibanjiri lautan manusia yang berebut mendapatkannya. Ibarat mencari harta karun, tapi yang dicari adalah berkah!
Malam Selikuran
Puncak perayaan Sangkrah di Solo ditandai dengan Malam Selikuran. Malam sebelum hari raya Idul Fitri ini dirayakan dengan berbagai tradisi unik. Salah satunya adalah Tadarus Al-Quran yang dilakukan semalaman suntuk di masjid-masjid dan rumah-rumah warga. Selain itu, ada juga tradisi membakar kembang api dan mengumandangkan takbir bergema di seluruh penjuru kota. Malam Selikuran menjadi momen refleksi dan doa, memohon ampunan dan berkah di hari kemenangan yang即将到来.
Halo sobat traveler,
Sudahkah kalian mengunjungi situs **Jalansolo.com**? Situs ini menyajikan beragam artikel menarik tentang pariwisata di Indonesia. Dari wisata kuliner hingga petualangan alam, semuanya tersaji secara lengkap dan informatif.
Jangan lewatkan kesempatan untuk membagikan artikel-artikel menarik ini ke teman dan keluarga kalian. Mari kita bersama-sama menjelajah keindahan Indonesia melalui tulisan-tulisan inspiratif yang ada di Jalansolo.com.
Setelah membaca artikel yang kami bagikan, jangan lupa untuk menjelajahi lebih banyak artikel menarik lainnya. Dapatkan inspirasi perjalanan, tips bermanfaat, dan cerita-cerita seru tentang destinasi wisata di seluruh Indonesia.
Dengan membaca artikel di Jalansolo.com, kalian tidak hanya mendapatkan informasi terbaru tentang pariwisata, tetapi juga dapat merencanakan perjalanan impian kalian dengan lebih mudah. Mari kita bersama-sama menjaga dan melestarikan keindahan alam Indonesia dengan cara membagikan artikel-artikel informatif seperti ini.
**Jelajahi Keindahan Indonesia Bersama Jalansolo.com!**